Monday, February 16, 2009

Kontroversi Obat Puyer, Tanggapi dengan Jernih.. (part 2)

Saya sudah menjajaki beberapa blog yang bertemakan "kontroversi puyer".. Dalam hati kecil saya, rasanya panas banget.. Sebagai apoteker, terus terang saya juga merasa terpojokkan dengan pernyataan itu karena saya juga ikut andil dalam pembuatan puyer di apotek.. Akibatnya, mungkin pada tulisan saya di part 1, cukup menyiratkan bahwa saya menulis dengan agak emosi.. (hehehe..maaf yah.. :))

Saya sudah membaca opini dan penjelasan dari dr. Widodo Judarwanto, Sp. A (Spesialis Anak).. saya sungguh terkesan dengan cara beliau menjelaskan kepada masyarakat.. begitu detil dan cukup mengena.. Namun, memang masih ada masyarakat yang (mungkin) belum paham duduk permasalahannya.. dan masih saja menyalahkan dokter dan pihak apotek.. sehingga memberikan komentar2 yang agak memojokkan.. Namun, tak apalah.. namanya juga dunia pasti ada yang pro dan ada yang kontra..

Pada tulisan bagian kedua dan ketiga ini, saya mencoba menjelaskan pada pembaca, sebenarnya apa itu puyer, apa kelebihannya dan apa kelemahannya.. sehingga masyarakat tidak serta-merta menghakimi sesuatu padahal ia belum paham keilmuannya..

Menurut
Farmakope Indonesia edisi 3, puyer / pulveres / serbuk bagi / divided powder medicine adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Sedangkan yang dimaksud dengan serbuk itu sendiri adalah campuran homogen (rata) dari dua atau lebih obat yang diserbukkan.

Teknik-nya pembuatannya : (secara garis besar)

1. Beberapa obat yang diresepkan dokter digerus menjadi satu sampai halus dan homogen
2. Diayak dengan ayakan, apabila obat tak bisa digerus halus.
3. Dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan yang diresepkan dokter, caranya :
serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan (bisa dengan penglihatan), untuk menjamin pembagian yang sama, maka pembagian dilakukan paling banyak hanya 20 bungkus. Apabila lebih dari 20 bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian terlebih dahulu. Ditimbang, dan tiap bagian dibagi paling banyak menjadi 20 bungkus. Penyimpangan berat masing2 serbuk terhadap yang lain adalah paling besar 10%.
4. Serbuk yang sudah terbagi, kemudian dibungkus dengan kertas pengemas yang cocok, contohnya kertas perkamen.
5. Serbuk yang sudah jadi, dimasukkan dalam wadah beretiket yang menjelaskan tentang cara penggunaannya.
6. Obat puyer diserahkan pada pasien oleh apoteker, disertai dengan informasi obat.

Nah, untuk pembahasan selanjutnya, silakan baca di part 3.. hehehe.. ;)


No comments:

Post a Comment