Tuesday, February 17, 2009

Kontroversi Obat Puyer, Tanggapi dengan Jernih.. (part 3)

Bagaikan mata uang, apapun itu, pasti memiliki 2 sisi yang tak bisa dipisahkan satu sama lain, yaitu kelebihan dan kelemahan.. Sama halnya dengan obat puyer ini, pasti ada kelebihan dan kelemahan.. sekarang tinggal mana yang mau kita lihat, kelebihannya, ato kelemahannya ?

Kelemahan obat puyer (yang jadi kontroversi saat ini) :

1.
Menurunnya kestabilan obat karena obat-obatan yang dicampur tersebut punya kemungkinan berinteraksi satu sama lain.
Sebenarnya tidak semua bahan yang terkandung dalam obat dapat menyebabkan interaksi dengan obat yang lain. Kalaupun ada, tentunya dokter telah mempertimbangkannya.. dengan lebih mengedepankan manfaatnya daripada resikonya (bukankah prinsip pengobatan seperti ini?). Saya yakin, dokter dan apoteker pun telah dibekali dengan ilmu stabilitas dan interaksi obat. Bila memang diperkirakan ada interaksi fisik pada campuran obat (yang menyebabkan ketidakstabilan), sudah menjadi tugas apoteker dan pekerja apotek untuk mengkonfirmasikannya pada dokter atau melakukan proffesional judgement dengan cara menjadikannya sediaan terpisah.

2. Pemberian puyer beresiko terjadi pemberian polifarmasi.
Tidak sepenuhnya benar. Sebenernya apa sih polifarmasi itu ? yaitu, pemberian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan.
Biasanya terjadi pada pasien dengan komplikasi penyakit, seperti pada diabetes melitus, hipertensi, gagal jantung, infeksi berkelanjutan, misalnya pada tubercolosis. Memang ada kemungkinan terjadi polifarmasi, namun, pemberian beberapa obat jadi pun bisa beresiko polifarmasi.. So, semuanya punya resiko yang sama, bukan hanya puyer saja..

3. Sulitnya mendeteksi obat mana yang menimbulkan efek samping - karena berbagai obat digerus jadi satu dan terjadi reaksi efek samping terhadap pasien, akan sulit untuk melacak obat mana yang menimbulkan reaksi.
Memang sulit mendeteksinya bila sudah dicampur menjadi satu. Oleh karena itu, ada baiknya bila pasien meminta copy resep dari apotek, untuk mengetahui obat2 apa saja yang diberikan dokter padanya. Dokter pun sebaiknya menanyakan dahulu pada pasien, apakah pasien pernah punya alergi terhadap obat tertentu atau tidak. Bagi pasien, bila salah satu kandungan obat tersebut menyebakan alergi atau efek samping, segera hentikan penggunaannya.. Banyak2lah minum air putih atau susu agar obat cepat diekskresi (dikeluarkan dari tubuh)..

4.
Pembuatan puyer dengan cara digerus atau diblender, sehingga akan ada sisa obat yg menempel di alatnya. (dapat menyebabkan perubahan dosis obat)
Benar, pasti akan ada obat yang tersisa pada mortir atau blender penggerus obat. Tapi, tentunya semua kekurangan itu sudah diperhitungkan berapa persen obat yang tertinggal di mortir atau blender. Yang namanya obat, tak mungkin bisa sangat tepat dosisnya bagi pasien, karena tiap2 pasien, memiliki berat badan yang tidak mungkin sama persis dan selalu tepat segitu terus. bisa jadi hari ini sekian kilo, besok udah berubah lagi. Belum lagi ada faktor2 lain, seperti faktor keturunan, gaya hidup, dan lain2.. Sehingga, digunakanlah rentang dosis, yaitu perkiraan dosis yang bisa memberikan efek terapi pada pasien.. Sekarang, kalo ga percaya, silakan cari obat apa yang dosisnya saklek (mutlak) buat semua orang.. saya jamin, tidak ada di dunia!

5.
Proses pembuatan obat itu harus steril
Siapa yang mengharuskan? Pembaca, harap dibedakan antara steril dan higienis (bersih). Steril adalah keadaan atau sesuatu yang suci hama atau bebas dari segala macam bentuk mikroorganisme. Sedangkan higienis adalah keadaan yang bersih dan menunjukkan hidup yang sehat. Obat2an tertentu, seperti injeksi (obat suntik) dan obat tetes mata memang haruslah steril, karena obat tersebut langsung berhubungan dengan mukosa sensitif pada tubuh dan langsung masuk ke aliran darah. Bisa dibayangkan bila yang masuk ke dalam aliran darah tidak steril, misalnya kotoran atau mikroorganisme akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah, dan akibatnya bisa sangat fatal. Sedangkan obat oral (diminum, dan melewati saluran cerna), tak harus steril, tapi higienis.. karena akan mengalami proses yang panjang pada saluran cerna sebelum masuk ke aliran darah.

Bila permasalahannya terletak pada steril atau tidaknya? Mengapa bangsa ini masih saja percaya pada dukun yang notabene hanya memberikan air, yang katanya air suci, air mujarab atau air apalah.. Padahal kita ga tau air itu dari mana, bisa jadi air dari comberan, air dari sungai yang kotor, air dari tempat pembuangan.. dan anehnya kita
sama sekali ga merasa takut minum air seperti itu.. Mengapa pula bangsa kita masih percaya sama tukang obat keliling yang ga jelas ngasih campuran apa di dalam ramuan yang dijualnya.. Sedangkan untuk hal yang seperti ini, masyarakat sangat gencar ngritik dokter dan apoteker habis2an karena cuma ngasih obat puyer yang sebenarnya udah jelas indikasi dan dosisnya.. Apa ga kebalik tuh? (maap.. rada es-mosi.. hehehe..)

6.
Bisa jadi obatnya sudah rusak sebelum mencapai sasaran karena proses penggerusan.
Memang ada beberapa obat yang dirancang khusus untuk tidak digerus, seperti obat lepas lambat yang dibuat sedemikian khusus agar pelepasan obatnya dilakukan secara bertahap.. jelas ini tidak boleh digerus.. beberapa obat yang disalut juga ada yang tidak boleh digerus..
karena bisa menyebabkan obat menjadi rusak fisik maupun kimiawi.. Namun, ada juga obat yang boleh digerus.. Hal ini tentunya terkait dengan knowlegde dokter dan apoteker..

7.
Dosis yang berlebihan karena dokter tidak mungkin hafal setiap merek obat. Jadi akan ada kemungkinan dokter meresepkan 2 merek obat yang berbeda, namun kandungan aktifnya sama.
Ada kemungkinan. Bila masalahnya seperti ini, dokter bisa koq menuliskan zat atifnya saja di resep, nanti biar pihak apotek yang memberikan pilihan bagi si pasien untuk memilih merek obat yang memiliki zat aktif yang sama dengan yang diinginkan dokter. Memang harus ada kerja tim yang baik antara dokter dan pihak apotek. Sehingga bila dokter menuliskan 2 obat yang ternyata kandungan zat aktifnya sama, pihak apotek dapat segera langsung mengkonfirmasikan kepada dokter.. dan sebaliknya, bila dokter dikoreksi oleh pihak apotek, dokter jangan terus jadi paranoid, marah2, atau merasa selalu benar.. Karena ini demi kepentingan pasien, sebaiknya kedua pihak harus saling terbuka..

8.
Kesalahan dalam peracikan obat - bisa jadi tulisan dokter bisa jadi nggak kebaca sama apoteker, sehingga bisa membuat salah peracikan.
Benar.. mungkin ini yang perlu dikoreksi.. untuk dokter2 angkatan lama, tulisannya memang seringkali tidak jelas.. tapi sekarang dokter2 angkatan baru, tulisannya banyak yang sudah jelas terbaca.. Seandainya resep tidak dapat dibaca, pihak apotek seharusnya mengkonfirmasikannya dulu dengan dokter.. bila dokter tidak bisa dihubungi.. sebaiknya pihak apotek juga jangan nekat meracik obat tersebut.. resep dikembalikan saja kepada dokter untuk diberikan resep yang lebih jelas tulisannya.

Baca terus lanjutannya.. di part 4! :)

2 comments:

  1. Lengkap abiez.. :O , mantaff :D

    ReplyDelete
  2. hehehehehe... :)) abang.. niy.. ga lebih lengkap dari buku koq.. hehehehe. :f

    ReplyDelete