Thursday, February 19, 2009

Kontroversi Obat Puyer, Tanggapi dengan Jernih.. (part 5)

Di luar negeri, penggunaan puyer sebagai alternatif bentuk sediaan mungkin sudah jarang digunakan.. Hal itu wajar2 saja, karena teknologi mereka mungkin lebih tinggi, tingkat pendapatan pertahunnya sudah mencukupi, serta pemahaman masyarakatnya tentang pentingnya kesehatan sudah bagus..

Ya, kalau di Indonesia, sebenarnya bisa saja, kalau semuanya mendukung, yaitu dari pihak pemerintah dan masyarakat.. Tapi kadang2 saya sebenarnya bingung dengan masyarakat Indonesia.. Kita ingin bangsa kita lebih baik, tapi kita sendiri malas untuk bekerja, malas untuk belajar.. kita lebih bangga ketika kita bisa menggunakan produk luar negeri, ketimbang produk kita sendiri.. Kita lebih senang menjual aset berharga kita, seperti tambang, inovasi karya anak bangsa.. kepada negara lain, daripada menggunakannya untuk kemakmuran bangsa kita sendiri.. Kita terus saja mencela diri kita, tapi kita ga mau berupaya untuk berubah jadi lebih baik.. Kita terus saja iri dengki melihat kemajuan negara lain.., tapi kita ga mau melakukan apa2 buat negara kita.. kita ingin yang baguuuuuuuuus sekali, tapi enggan untuk membayar mahal.. Masalah yang kecil, dibesar2kan.. masalah yang besar, disembunyikan.. Kita ga percaya pada ilmu pengetahuan yang rasional, malah berbondong2 mendatangi dukun dan paranormal.. Mau jadi apa bangsa kita? Akhirnya yaa.. semakin hari kita bukannya semakin maju, tapi semakin primitif.. ya khan?

Ada baiknya bila kita juga bercermin ke dalam diri kita.. Sudahkah kita melakukan yang terbaik untuk bangsa ini? Apakah kita mau menerima resiko bila negara kita teknologinya nanti sudah seperti negara maju lainnya? (resikonya : bayar lebih mahal!).. Sudah siapkah kita? (jawabannya ada dalam diri kita masing2..)


Ada beberapa saran saya buat pembaca yang mungkin mendapatkan resep racikan dari dokter, entah puyer, salep, sirup, cairan (solution) atau kapsul :

1. Tebuslah resep anda di apotek yang bersih, baik tampilan luarnya maupun di dalam ruangannya. Sebab, bila apoteknya bersih, rapi.. maka akan mencerminkan kebersihan dan kerapihan cara kerja pekerja apotek..

2. Mintalah copy resep dari apotek supaya anda dapat melihat obat2 apa saja yang diberikan dokter untuk anda.

3. Mintalah informasi dari apoteker mengenai efek terapi obat maupun efek sampingnya. Juga cara penggunaan dan penyimpanan yang benar. Selain itu, juga mungkin ada informasi tambahan yang perlu anda tahu atau anda ingin tahu mengenai obat dan penyakit anda.

4. Bila anda mendapatkan obat puyer (serbuk) atau kapsul, simpanlah obat itu di dalam tempat tertutup yang kering, seperti di dalam toples tertutup.. dan jangan letakkan obat dekat dengan sumber panas (contoh : kompor, sinar matahari langsung), atau sumber lembab (contoh : kamar mandi). Letakkan di tempat yang teduh.. Kalo punya kulkas, lebih baik dimasukkan di kulkas supaya puyer / kapsul tetap kering. Ada baiknya bila anda minta 1 atau 2 bungkus silica gel (pengering) dari apotek untuk diletakkan di bungkus obat puyer/kapsul.

5. Untuk obat sirup antibiotik yang sudah diencerkan, simpanlah obat di dalam kulkas. Kalo ga ada kulkas, simpan obat di tempat yang sejuk, terlindung dari panas dan sinar matahari langsung, dan jauh dari tempat lembab. Simpan obat paling lama 7 hari (ada juga yang 14 hari). Lebih dari batas waktu itu, bila masih bersisa, sebaiknya obat dibuang karena obat udah kadaluarsa.

6. Untuk sirup racikan, mintalah botol kaca sebagai wadahnya pada apotek. Karena botol kaca lebih aman daripada botol plastik. Botol kaca tidak mudah melepaskan partikel2 kimianya seperti yang terjadi pada botol plastik. Selain itu, botol kaca tidak menyebabkan interaksi kimia dengan obatnya.

Yah, begitulah sekilas info mengenai obat puyer yang sampai saat ini masih jadi kontroversi..
(cape' deh nulisnya... panjang amat!)..

Semoga bisa bermanfaat buat para pembaca..

peace.. :)


2 comments:

  1. klo abang nitip obatnya ama ade aja ntar.. :s he2.. :))

    ReplyDelete